Konsep Cinta Diri Menurut St. Maximos The Confessor
Mengalahkan Kedagingan dan Lebih Mencintai Allah
Keywords:
flesh; love of God; self-love; St. Maximos; cinta diri; cinta Allah; kedagingan; St. MaximusAbstract
Man's fall into sin provoked him to love himself more than God. The sin that is born of self-love is selfishness. Self-love is the most evil character possessed by humans. Hatred and depravity towards fellow human beings result from self-love born from the human soul. Self-love is terrible for our spiritual growth as believers. Because self-love is an act of sin, which results in a person doing negative things. So self-love becomes a big obstacle to human spirituality. It's not easy to leave self-love, but that doesn't mean we can't. One of the things that can beat self-love is self-control. Our self-control will be better if we have a good relationship with God by praying. By getting closer and choosing to build a close relationship with Allah, it will increase our love for Him. That way, our self-control gets stronger.
Abstrak
Kejatuhan manusia ke dalam dosa, memprovokasi manusia untuk lebih mencintai dirinya sendiri daripada Allah. Dosa yang lahir dari cinta diri yaitu sifat yang mementingkan diri sendiri. Cinta diri merupakan watak paling jahat yang dimiliki oleh manusia. Kebencian dan kebejatan terhadap sesama manusia merupakan hasil cinta diri yang lahir dari jiwa manusia. Cinta diri berdampak buruk bagi pertumbuhan kerohanian kita sebagai orang percaya. Karena cinta diri adalah perbuatan dosa, yang mengakibatkan seseorang melakukan hal-hal negatif. Sehingga cinta diri menjadi penghambat yang besar bagi spiritualitas manusia. Bukan merupakan hal yang mudah untuk kita meninggalkan cinta diri, namun bukan berarti kita tidak bisa. Salah satu hal yang mampu untuk mengalahkan cinta diri adalah pengendalian diri. Pengendalian diri kita akan semakin baik jika kita memiliki relasi yang baik dengan Tuhan, yaitu dengan berdoa. Dengan mendekatkan diri dan memilih untuk membangun suatu hubungan yang dekat dengan Allah, maka akan menambahkan cinta kita kepada-Nya. Dengan begitu, pengendalian diri kita semakin kuat.
References
Clairvaux, Bernard of. On Loving God VIII, n.d.
Corinth., St. Nikodimos of the Holy Mountain and St. Makarios of. The Philokalia Volume Four. Edited by Philip Sherrard Kallistos Ware G.E.H Palmer. The Orthodox Christian World. London: faber and faber, 1998.
Fromm, Erich. “Man for Him Self: Manusia Untuk Dirinya Sendiri” (n.d.): 156.
———. “The Art of Loving: Memaknai Hakikat Cinta, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama)” (2020): 6–8.
Khoshaba, D. “A Seven-Step Prescription for Self Love.” Psychology Today Retrieved.
MOUNTAIN, ST NIKODIMOS OF THE HOLY, And, and ST MAKARIOS OF CORINTH. The Philokalia Volume Two. Edited by G. E. H. PALMER PHILIP SHERRARD KALLISTOS WARE. London: faber and faber, 1990.
Mountain, St Nikodimos of The Holy, and St Makarios of Corinth And. The Philokalia Volume One. Edited by G. E. H. PALMER PHILIP SHERRARD KALLISTOS WARE. London: faber and faber, 1983.
Nygren, Anders. Agape and Eros, Trans. Philip S. Watson. London: S.P.C.K., 1957.
Outka, Gene. Agape: An Ethical Analysis. New Haven: Yale University Press, 1972.
Ramsey, Paul. Basic Christian Ethics. Louisville, ky: Westminster/John Knox, 1950.
Wiharja, Nyimas Safirna Salsabila. “Konsep Cinta Diri Menurut Erich Fromm” (2022).
Yasmin, A. N., & Fardani, R. A. Konstruksi Makna Love Yourself Dan Mental Health Awareness Bagi Army (Kelompok Penggemar Bts) Terhadap Lagu Dan Campaign Milik Bts. Ilmu Komunikasi, 2019.